LEARN HOW TO BE A GOOD ENTREPENUER

>> Selasa, 25 November 2008


I'd like to share a story to you all readers. Almost every night I can't sleep well, I'm thinking about how to make our family needs enough. How to make our money comes not only from one hole (red: office), but it can comes from many hole.
Last night I have a little answer, now I'd try to be how to make our self as an entrepenuer. It like's something different things than as usual I do as an officer. To be an entrepenuer, we have to be good in many things.
Last night I have a new lesson about 3 people characteristics :
1. As a catcher
2. As a thinker
3. As a doer
This 3 types characteristic is a complementary in every company, organization, LSM, or others. But something make me interesting are to be an entrepeneur we must have all of the three people characteristic.
First ; as a catcher, we have to be good to catch the opportunity that comes from many thing. For an example, there are an offering to make a name card for legislatif candidate from one party. Meanwhile, we don't have any money to buy a machine to make name card, but we have a relation to the people who needs that name card. We know if we can sell it to them. So we can take a partnership with a people who can make the name card then we get a profit from the margin of the price.
Second; as a thinker ... (to be continues) ...

Read more...

REDEFINISI & REPOSITIONING

>> Senin, 04 Februari 2008


REDEFINISI & REPOSITIONING


Fenomena perkembangan asuransi syariah saat ini sudah berkembang, asuransi syariah tidak lagi menjadi bentuk alternatif asuransi umat Islam, namun sudah menjadi milik umum. Hal ini dikarenakan sifat dari system di dalam syariah Islam adalah rahmatan lil alamin.
Namun berkenaan dengan hal tersebut, memasarkan produk asuransi syariah dikalangan umum tidaklah semudah yang dibayangkan. Perlu banyak intrik dan strategi-strategi dalam menguasai pasar yang fenomenanya mayoritas adalah umat non Islam. Asuransi syariah berkembang cukup baik di negara yang sudah mulai menjalankan sytem syariah Islam seperti di negeri Jiran (red : Malaysia). Di Malaysia selain system pemerintahannya sudah mulai menjalankan syariah Islam, masyarakat disana sebagian besar telah mengetahui akan arti pentingnya asuransi.
Pengalaman yang saya dapatkan selama ditempatkan di salah satu cabang perwakilan asuransi Takaful Umum lebih tepatnya di cabang Denpasar, begitu banyak kesulitan dalam menawarkan produk-produk asuransi syariah. Mayoritas masyarakat di Bali adalah pemeluk agama Hindu, dimana sebagian besar dari masyarakat tersebut masih sangat kuat ikatan adat antar sesamanya. Hal ini tentunya tidak hanya berefek pada perilaku keseharian, melainkan juga dalam hal penawaran bisnis mereka lebih suka untuk menerima jika tawaran tersebut adalah berasal dari kalangan adatnya. Hal lainnya, adalah kelompok minoritas/pendatang yang saat ini dengan semakin bertambahnya waktu semakin bertambah jumlahnya. Kelompok pendatang dari umat Islam masih bersifat antifobia terhadap asuransi, hal ini dikarenakan kurangnya edukasi terhadap pentingnya asuransi dan hal yang membedakan antara asuransi konvensional dengan asuransi syariah. Jika ingin di gali dari pasar emosional, asuransi syariah masih kurang bisa diterima oleh kalangan umat Islam. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan terobosan-terobosan yang signifikan agar asuransi syariah khususnya di Bali tidak hanya menggali dari pasar emosional, tapi juga bisa merangkul seluruh aspek kalangan masyarakat yang ada di Bali.
Redefenisi dan Repositioning adalah kata yang tepat dalam menentukan nasib asuransi syariah (red : Takaful) ke depan. Takaful Bali perlu melakukan pembenahan, terutama dalam segi image Takaful yang tidak nota bene milik umat Islam. Beberapa starategi dalam upaya melakukan redefinisi, dapat dilakukan perekrutan agen yang bukan saja dari umat Islam. Hal lainnya dengan membuat spanduk dan poster-poster yang menampilkan keunggulan-keunggulan asuransi Takaful selain dari sisi syariah Islamnya.
Perekrutan agen yang bukan saja dari kalangan umat Islam dimaksudkan agar dalam memasarkan produk, tidak hanya ke kalangan segmen pasar emosional (red : umat Islam) tapi juga bisa mencakup seluruh kalangan masyarakat di Bali. Pengalaman yang saya dapatkan dalam mengupayakan hal tersebut cukup sulit. Hal ini dikarenakan belum adanya support dana dari kantor Pusat, karena dalam merekrut kita perlu memberikan uang transport sebagai penyemangat seseorang mau berkontribusi dalam memasarkan produk asuransi. Sebagai pembanding, asuransi Jiwasraya dalam perekrutan agennya, setiap agen diberikan uang transport sehari Rp. 20.000,- (Rp. 500.000,- / bulan). Sistem kaderisasi keagenan di Jiwasraya berjalan dengan baik dikarenakan adanya uang transport yang bisa didapatkan selain dari uang komisi dan lain-lainnya.
Kendala lain yang dialami dalam merekrut agen yang bukan berasal dari kalangan umat Islam adalah kesulitan dalam memberikan training yang sesuai bagi agen tersebut. Materi – materi training yang selama ini dimiliki masih mengandung unsur-unsur dan istilah-istilah syariah Islam. Tentunya, untuk itu kita harus merubah dan menyetting kembali training yang sesuai dengan agen tersebut.
Pagi ini, 15 November 2007 saat saya sedang sarapan pagi, sempat berbincang-bincang dengan salah satu sales dari grup Astra Motor. Di sana training dibuat berjenjang, dengan skill yang berbeda – beda dari mulai Basic hingga tingkat Advance. Setiap sales menerima training minimal 2 kali dalam 1 tahun dan mendapatkan training tambahan dari kantor Pusat di Jakarta. Jika ingin melihat ke tetangga (red : Takaful Keluarga) mereka memiliki konsep yang jelas dalam pemberian training. Dalam training dibuat tingkatan dari mulai Basic Training hingga Advance. Namun yang sangat disayangkan di Takaful Umum hal ini belum diberlakukan, hal ini dikarenakan belum siapnya SDM dan dana dalam menyelenggarakan training serupa hal tersebut. Di Takaful Umum training masih belum tersistem dengan baik, materi diserahkan kepada masing-masing cabang dan hanya agen-agen tertentu (agen dengan pencapaian target signifikan) yang mendapatkan kesempatan training dari Kantor Pusat, itupun terkadang dengan biaya yang seadanya.
Berkenaan dengan pengadaan spanduk dan poster-poster masih terdapat beberapa kendala, hal ini dikarenakan perlunya biaya-biaya pengadaan dan perijinan dari spanduk dan poster tersebut. Jika ingin membuat terobosan, Takaful membuat spanduk-spanduk keunggulan Takaful di sekitar kantor dan jalan-jalan protokol. Tentunya hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar, akan tetapi dampak dari pengadaan ini akan menentukan bahwa Takaful merupakan sebuah perusahaan Asuransi yang besar.
Sebenarnya masih terdapat hal lain yang perlu saya sampaikan dalam tulisan ini, tetapi khawatir mengganggu aktivitas kerja maka tulisan ini disambung kemudian dalam penyajian berikutnya. Demikian sekelumit keluh kesah yang saya alami, selama berada di Bali semoga dengan tulisan ini bisa sedikit membagi dengan rekan-rekan sekalian dan dapat menerima saran-saran untuk perbaikan.

Read more...

About This Blog

About This Blog

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP